PENGANTAR DOGMATIKA
(DR. RUBIN ADI ABRAHAM)
NAMA
Dogmatika. Istilah ini pertama kali digunakan oleh L. Fr. Reinhart pada abad ke 17.
Iman Kristen/Ajaran Iman Kristen. Istilah ini digunakan oleh teolog Jerman S.J. Baumgarten dan F.D.E. Schleiermacher pada abad ke 18.
Teologi sistematika, khususnya dipergunakan oleh para teolog yang berasal dari Inggris seperti Ch. Hodge, L Berkhof, A.H. Strong, dll.
TEMPAT DOGMATIKA DALAM ILMU THEOLOGI
Di dalam ilmu theologi (theos = Allah, logos = ajaran), dogmatika ditempatkan dalam vak Teologi Sistematika. Ilmu teologi terbagi atas 5 vak :
Teologi Biblika (eksegetis), menyelidiki apa yang tertulis dalam Alkitab. Termasuk dalam vak ini, misalnya: Pengantar PL/PB, teologi PL/PB, tafsiran, hermeneutika, bahasa.
Teologi Historika, menyelidiki sejarah umat Allah dalam Alkitab dan gereja Sejas zaman Kristus. Termasuk di dalamnya: sejarah Alkitab, sejarah gereja, sejarah pekabaran Injil, sejarah ajaran dan sejarah pengakuan iman.
Teologi Sistematika, menyelidiki apa yang menjadi pokok-pokok kepercayaan Alkitab, bagaimana hidup sesuai dengan kepercayaan tersebut. Yang tergolong vak ini adalah dogmatika, etika, apologetika.
Teologi Praktika, membahas penerapan pokok-pokok teologi dalam kehidupan praktis untuk pembinaan dan pelayanan, meliputi: homiletika, pendidikan agama Kristen (PAK), penginjilan, administrasi gereja, dll.
Teologi Religi, untuk menyelidiki agama-agama di luar kekristenan, misalnya: Islamologi, Hindu, Budha, dari sudut pandang teologi Kristen yang alkitabiah.
DOGMA: Istilah dan Defininya
Istilah dogmatika berasal dari kata Yunani dogma, jamaknya dogmatika. Kata-kata ini mula-mula berarti:
Pandangan/pendapat.
Ajaran filsafat atau buah pikiran filsuf.
Keputusan/ketetapan, perintah.
Dekrit dari pihak pemerintah atau penguasa.
Di dalam Perjanjian Baru kita melihat penggunaan kata dogma dalam arti sebagai berikut:
Dekrit Kaisar (Luk 2:1, Kis 17:7)
Ketetapan, ketentuan Hukum Taurat (Ef 2:15, Kol 2:14)
Keputusan yang diambil oleh sidang para rasul dan penatua di kota Yerusalem (Kis 16:4, 15:1-2, 19-20 keputusan yang diambil ialah hal-hal yang menyangkut moral dan upacara keagamaan)
Selanjutnya sesudah abad 11 Masehi, Dogma dipahami sebagai pengajaran yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus atau sebagai exposisi/penjelasan Injil/ ekxposisi dari kebenaran-kebenaran berita Injil. Hal itu jelas sekali dari ungkapan-ungkapan yang sering muncul pada zaman itu seperti: “Dogma Injil”, “Dogma Tuhan”. Di sini kata dogma akhirnya sampai pada pengertian yang kita kenal sekarang ini sebagai “Rumusan kepercayaan gereja Kristen”. Jadi dogmatika ada sangkut pautnya dengan isi pengakuan iman gereja.
R. Soedarmo mendefinisikan dogma sebagai: hasil penyelidikan orang percaya tentang firman Tuhan yang ditentukan oleh gereja dan diperintahkan untuk dipercayai.
Dari rumusan itu kita melihat tiga unsur tentang dogma:
Hasil penyelidikan.
Firman Tuhan sebagai dasar. Gereja Roma Katholik memandang “tradisi” (ajaran para rasul atau bapa gereja yang tidak tertulis dalam Alkitab) juga sebagai dasar.
Yang menentukan dogma adalah gereja, bukan ahli teologia,dll.
Dogma tidak sama dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan merupakan sumber dogma dan karena itu maka dogma harus terus menerus dikontrol oleh Firman Tuhan sebab jika tak sesuai dengan Firman Tuhan dogma itu perlu diubah. Jadi dogma sifatnya relatif, tidak mutlak. Kebenaran dogma tergantung kepada sesuai tidaknya dengan Firman Allah.
TUGAS DOGMATIKA
Dogmatika adalah kegiatan dari ilmu teologĂa yang bertugas untuk:
Menyelidiki dan membuktikan apakah dogma-dogma Gereja sesuai atau tidak dengan Firman Tuhan.
Merumuskan pengertian-pengertian pokok di dalam Alkitab misalnya tentang Allah, Yesus Kristus, Keselamatan, Manusia, Roh Kudus, dll. Dengan demikian obyek perhatian Dogmatika bukan melulu dogma-dogma gereja saja.
Menanggapi dan menyanggah ajaran-ajaran atau pandangan dari luar kekristenan.
PENTINGNYA DOGMATIKA
Memberikan pegangan yang kokoh dan jelas kepada jemaat sehingga dia tidak mudah tersesat ataupun disesatkan (1 Tim 4:1-16, 2 Ptr 3:17-18)
Dengan berdogmatika maka gereja bersikap mawas diri terhadap apa yang diberikannya agar supaya pemberitaannya tidak menyimpang.
METODE/CARA KERJA DOGMATIKA
Kita menggunakan Alkitab sebagai ukuran.
Dengan memperhatikan Pengakuan Iman (Sahadat), serta pandangan reformator dan para teolog yang telah dirumuskan. Misalnya: Pengakuan Iman Rasuli (abad IV), pengakuan iman Nicea, katekismus Heidelberg (disusun oleh Ursinus, lalu oleh Olevinus). Catatan: Dogma yang tertua ialah “Yesus Kristus adalah Tuhan”.
Dalam hal ini dogmatika perlu dibantu oleh disiplin ilmu teologia lainnya seperti ilmu tafsir, teologia alkitabiah, sehingga penafsiran untuk perumusan dogmatika itu bersifat: EXEGESE = membiarkan Alkitab dipakai untuk menunjang pendapat kita. Kita harus menghindari BIBLISISME, yakni pandangan yang mengutip ayat-ayat Alkitab secara sembarangan atau hanya melihat makna harafiah saja dalam Alkitab. Biblisisme ini biasanya hanya memperhatikan apa yang tersurat tapi mengabaikan apa yang tersirat dalam Alkitab., walaupun memang ada ayat-ayat yang dapat dimengerti secara mudah dari apa yang tersurat.