Minggu, 30 Agustus 2009
Baptisan Roh Kudus
BAPTISAN ROH KUDUS
Kata baptisan berasal dari bahasa Yunani baptizo yang berarti dicelupkan ke dalam air.
Bila suatu benda dicelupkan ke dalam air, itu berarti bagian dalam maupun luar benda
tersebut akan dipenuhi dan diselubungi air.
Begitu pula dengan seorang Kristen yang dibaptis oleh Roh Kudus. Pribadi itu akan
dipenuhi dan diselubungi oleh Roh Kudus. Ia menerima kuasa untuk hidup dalam
kebenaran Firman Tuhan sebagai anak Allah.
Bapa di surga tahu bahwa dalam menjalani kehidupan di muka bumi ini berat tanpa kita
mendapatkan kuasa dan bimbingan dari Roh Kudus untuk mampu hidup sesuai standar
Tuhan dan dapat memperlebar Kerajaan Allah (Yoh 14:18, 16)
Kata kuasa dalam Kis 1:8 berasal dari kata Yunani dunamis yang berarti dinamit atau
dinamo. Baptisan Roh Kudus diberikan pada orang percaya agar mereka dapat menjadi
saksi bagi Yesus. Bersaksi dalam bahasa aslinya Yunani adalah martur atau martus yang
berarti martir. Tidak mungkin seorang mau menjadi martir kecuali ia dipenuhi Roh
Kudus.
Mengapa kita perlu dibaptis dalam Roh Kudus?
1. Agar tubuh kita menjadi bait Allah (1 Kor 3:16)
2. Agar kita setiap hari terus menerus disempurnakan menjadi segambar dengan
Kristus (Rm 8:26-30, 2 Kor 3:18)
3. Agar kita dapat menikmati kasih Allah (Rm 5:5)
4. Agar kita makin intim dan mengerti isi hati Bapa (Ef 2:18, 1 Kor 2:10)
5. Agar kita mengerti pimpinan Tuhan (Rm 8:14)
6. Agar kita menyembah Dia dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:23-24)
7. Agar kita berdoa menurut kehendakNya (Rm 8:26)
8. Agar kita memiliki kuasa untuk mengontrol pikiran kita agar sesuai dengan
pikiran Kristus dan memiliki otoritas atas penyakit dan setan & menjadi saksi
Kristus (Kis 1:8, Ef 6:10-20)
Bagaimana caranya untuk menerima Baptisan Roh Kudus?
1. Sungguh-sungguh bertobat dan meninggalkan hidup yang lama. (Kis 2:38)
2. Memiliki rasa haus dan lapar untuk mengenal Tuhan lebih lagi (Yoh 7:37)
3. Mintalah; mintalah kepada Bapa untuk membaptismu dengan Roh Kudus agar
engkau dapat menjadi saksi bagi Kristus dan disanggupkan hidup dalam
kepenuhan Allah. (Luk 11:9-13)
4. Terimalah dan bersyukur; apa yang kau minta, telah kau terima. (Gal 3:14)
5. Mulai berbicara dalam bahasa yang lain. Tujukan pikiranmu pada Yesus dan
pujilah Dia. Jangan pikirkan kata-kata apa yang akan engkau ucapkan. Karunia
bahasa lidah akan keluar dengan sendirinya dari mulutmu saat engkau berdoa dan
memujinya. (Kis 2:4, 1 Kor 14:2-4, Yak 2:17)
Adakah penghalang kita menerima baptisan Roh Kudus?
Beberapa orang Kristen terhalang akibat:
a. Dosa (Mzm 24:1-4)
b. Tidak mengampuni (Mat 6:15). Jika kita tidak mengampuni orang yang
bersalah kepadanya, maka dia tidak diampuni oleh Bapa. Pengampunan
merupakan keputusan dan bukan berdasarkan perasaan.
c. Terlibat praktek-praktek terlarang atau okultisme (UL 18:10-12).
Perbuatan ini haruslah diakui, ditinggalkan dan dilepaskan.
d. Ketakutan, ketidakpercayaan atau bimbang (Luk 11:10-13); Kita tidak
perlu merasa takut akan menerima roh yang sesat atau kerasukan roh jahat.
Tuhan menjamin bila kita meminta Roh Kudus pada Bapa, Dia pasti akan
memberikanNya pada kita.
e. Ketidakpercayaan akibat pengajaran yang menentang baptisan atau
kepenuhan Roh Kudus (Yak 1:6-8)
f. Menolak, menutup diri.
Tanda seseorang dibaptis Roh Kudus:
- Berkata-kata dalam bahasa baru (Kis 2:4,11,15, Mrk 16:17)
- Ada buah Roh Kudus dalam kehidupan orang tersebut (Gal 5:22-23)
- Menjadi saksi Kristus yang efektif (Kis 1:8)
- Menerima karunia-karunia Roh Kudus (1 Kor 12:1-11)
- Dapat mengalahkan kedagingan (Rm 8:26, 4-6, Gal 5:16)
Apa yang terjadi saat seseorang berdoa dengan menggunakan bahasa yang baru?
- Untuk berbicara kepada Allah dalam bahasa rahasia (1 Kor 14:2)
- Meneguhkan dan membangun iman (1 Kor 14:4-5)
- Berdoa sesuai kehendak Tuhan (Rm 8:26-27)
- Dapat berdoa dengan tidak berkeputusan (1 Tes 5:17)
- Dapat menyembah dalam roh (Yoh 4:23-24, 1 Kor 14:15)
Kamis, 27 Agustus 2009
KELEPASAN
KELEPASAN
Rasul Petrus menyatakan bahwa setiap orang percaya harus senantiasa waspada dan
berjaga, sebab Iblis berjalan keliling mencari orang yang dapat ditelannya (1 Ptr 5:8).
Sebagai orang percaya kita perlu senantiasa waspada dengan “pikiran” kita sebab
disitulah letak medan peperangan yang sesungguhnya. Kita bisa jatuh dan terperangkap
dalam pemikiran dan pola hidup yang salah dan bertentangan dengan Tuhan akibat
kelengahan kita tersebut.
JENIS-JENIS PENGARUH SETAN
Roh jahat dapat mempengaruhi seseorang dengan cara-cara ini:
Oppression (Tekanan)
- Roh jahat menyerang pikiran dengan memberikan pikiran-pikiran jahat dan
penipuan-penipuan (Yoh 12:3-7)
- Seseorang tidak berbuat dosa jika dia tidak menerima pikiran jahat itu. Dosa
masuk jika seseorang menerima pikiran jahat dan menikmatinya.
- Musuh akan membuat kita merasa bersalah oleh pikiran-pikiran kotor atau jahat
dalam pikiran kita.
- Tidak, kita belum berbuat dosa apabila kita menolak pikiran-pikiran kotor itu.
Menebus atau menolak pikiran-pikiran kotor atau jahat itu:
a. Ingat Yesus ada besertamu, Ia adalah Immanuel. Pandang Dia.
b. Berdoa dan sembah Dia, fokuskan pikiran kita padaNya.
c. Renungkan Firman Tuhan
d. Waspada pada apa yang kita lihat dan baca.
e. Pergi keluar dari tempat yang dapat menjatuhkan kita
Obsession (Pengaruh yang mengikat)
Roh jahat menyerang hati nurani dan kesadaran seseorang samai ia diyakinkan bahwa apa
yang salah jadi benar dan sebaliknya (Yoh 13:2)
Pelepasan dari pengaruh roh jahat :
a. Bertobat dan berbalik kepada Tuhan
b. Mengizinkan Firman Tuhan merubah pola pikirmu
Posession (Kerasukan)
Roh-roh jahat telah mengontrol sebagian atau sepenuhnya panca indera si korban (Yoh
13:27) hal ini terjadi akibat:
- Praktek-praktek terlarang yang tercantum dalam Ul 18:10-11 dapat dipakai musuh
untuk mempengaruhi seseorang. Keterlibatan berulang-ulang dalam praktek
terlarang ini bisa berkibatkan seseorang dikuasai oleh roh-roh jahat.
- Perbuatan hawa nafsu yang terus menerus berulang dilakukan berakibat dikuasai
roh hawa nafsu.
- Kesombongan, ketakutan, suatu penyakit atau luka dalam hati dapat digunakan
roh jahat untuk menguasai seseorang.
ADA 7 POKOK PERSOALAN YANG DAPAT MEMBUAT KITA DIBELENGGU
OLEH IBLIS:
1. Persoalan emosional:
Marah, geram, benci, dendam, takut, rasa tertolak, mengasihani diri sendiri, cemburu,
tertekan, rendah diri, dll.
2. Persoalan mental:
Tidak punya pendirian, ragu-ragu, bingung, pelupa,dll
3. Persoalan berkomunikasi:
Suka berbohong, caci maki, menghujat, menyalahkan, mencari kambing hitam,
mengejek, cerewet, gosip, fitnah, dll
4. Persoalan kehidupan seks:
Pikiran cabul, onani/masturbasi, hawa nafsu, perzinahan, perselingkuhan, homoseksual,
dll.
5. Persoalan kecanduan:
Rokok, ganja, minuman keras, narkoba, hyper sex, pornografi, judi, kopi, makan
makanan berlebihan, games dll
6. Persoalan kesehatan:
Selalu merasa sakit-sakitan, mengaku sakit tapi sebenarnya mencari perhatian, dapat jadi
benar-benar sakit (Luk 13:11)
7. Persoalan iman yang salah:
Mengikuti pengajaran agama-agama lain di luar Kristus, bidat-bidat sesat(Saksi Yehova,
Mormon, Gereja Setan, Christian Science, Theosophy,dll), perdukunan, ilmu-ilmu
gaib,dll.
LANGKAH-LANGKAH MENDAPATKAN KELEPASAN:
- Sadari kebutuhan kita untuk dilepaskan dari ikatan dosa tersebut (Yak 4:6b-7)
- Bertobat dari jalan hidup atau pola yang salah (Yl 2:12-14, 1:13-14, Yer 18:8)
- Mengakui dosa-dosa (1 Yoh 1:9, Yak 5:16)
- Menerima pengampunan dari Tuhan maupun mengampuni orang yang melukai
kita (Mat 6:14-15)
- Menyangkal dan memutuskan hubungan dengan dosa yang membelenggu
kita(Kis 19: 18-19)
- Mengusir roh-roh jahat yang selama ini membelenggu di dalam nama Yesus
Kristus (Yak 4:7, Why 12:7-12, Mrk 16:17-18, Luk 10:19, Mzm 18:3, Kol 2:13-
15)
- Mengucap syukur kita telah dilepaskan dan dikuduskan Tuhan Yesus (1 Yoh 1:9,
Ibr 10:19,22, 11:6)
LANGKAH-LANGKAH MEMELIHARA KELEPASAN:
- Menerima baptisan Roh Kudus (Yoh 14:15-17, Luk 24:49)
- Kenakan selengkap senjata Allah (Ef 6:10-18)
- Perkatakan perkataan positif sesuai Firman Tuhan (Mrk 11:23, Flp 4:8, Mat 4:1-
11)
- Tetap tinggal dalam Firman Tuhan (jadi pelaku Firman) (Yoh 8:31, Yak1:22-23)
- Pikul salib (Luk 9:23, Gal 5:21,24)
- Menjadikan doa dan pujian penyembahan bagian kehidupan yang natural (1 Tes
5:17, 1 Kor 14:14-15)
- Tetap bersekutu dengan saudara seiman yang dewasa dan terlibat melayani tubuh
Kristus (1 Kor 12:7-14, Kis 2: 41-47, Ibr 10:25)
- Setiap hari serahkan hidupmu dalam tangan Tuhan yang sanggup memeliharamu.
Yud 24
Selasa, 18 Agustus 2009
Citra Diri
CITRA DIRI
Definisi dari kata citra adalah gambar atau konsep sedang diri adalah keseluruhan dari
apa kita ini, cara berpikir, perasaan kita maupun tingkah laku. Jadi citra diri adalah
citra mental yang kita miliki tentang diri kita, yang terbentuk sejak lahir dan terus
berkembang mencapai kematangan. Citra diri adalah konsep mengenai diri kita
dan bagaimana diri kita berhubungan dengan orang lain. Citra diri dapat berubah
dari negatif ke positif atau sebaliknya. Citra diri jua mempengaruhi tanggungjawab
terhadap hubungan kita dengan orang lain.
Sumber-sumber yang membangun citra diri kita, pertama-tama adalah Allah namun
dengan jatuhnya manusia dalam dosa maka citra yang sempurna mulai tercemari dengan
pemikiran kita sendiri yang cenderung egois, dari apa kata orang lain tentang kita dan
dari Iblis.
Citra diri kita terbentuk dari kumpulan pengalaman-pengalaman dan tanggapan orang
lain terhadap diri kita bahkan saat kita baru berada dalam kandungan ibu kita. Nilai-nilai
yang paling sering kita dengar dan kita percayai sebagai suatu kebenaran akan
menghasilkan “nilai hati nurani”. Bila nilai yang kita percayai tersebut dilanggar maka itu
akan mengusik “emosi” kita. Bila nilai tersebut salah maka sudah dipastikan orang
tersebut pun hidup dalam “kepercayaan yang salah”.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi citra diri kita terbentuk:
Saat dikandung oleh ibu kita, secara genetika/DNA maupun kimiawi (saat bayi berada
dalam rahim ia memiliki kemampuan mendengar, merasakan dan mengankap suasana
yang dialami sang ibu)
Sesudah lahir anak akan mendapatkan dan mempelajari nilai-nilai dari orangtuanya,
lingkungan ia dibesarkan, pendidikan, budaya suku/ desa/kota,dstnya.
Citra diri kita dapat rusak akibat kebutuhan dasar tidak terpenuhi:
1. Rasa dimiliki.
2. Rasa berharga.
3. Rasa berguna (berdaya guna)
Iblis coba merusak citra diri kita dengan memberikan konsep yang salah. Citra diri yang
rusak akan mengakibatkan kepercayaan diri yang salah pula. Iblis menawarkan konsep
citra diri sebagai bagaimana penampilan lahiriah kita atau apa kata orang lain tentang diri
kita.
Akibat konsep ini banyak diantara kita menjadi:
a. Perfeksionis
b. Lari dari tanggungjawab/resiko
c. Suka memanipulasi orang lain
d. Berusaha untuk menyenangkan orang lain agar dapat diterima dan dihormati.
e. Pesimis dalam kehidupan
f. Membandingkan dirinya dengan orang lain
g. Takut terhadap tantangan
h. Tidak dapat menentukan prioritas
i. Sukar mengasihi orang lain
j. Sulit percaya pada orang lain maupun Tuhan
k. Rasa malu yang berlebihan akibat rendah diri
l. Egois
m. Sombong akan gelar, jabatan, kekayaan dstnya.
n. Mudah tersinggung
o. Tidak punya keyakinan
p. Terlalu peka pada pendapat orang lain
q. Kuatir
r. Tidak dapat menerima perhatian orang lain
Bagaimana agar kita mengalami pemulihan?
1. Jadikan Tuhan Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamatmu
2. Mulai mengecek nilai-nilai yang selama ini kita percayai (2 Tim 3:16-17)
3. Mempercayai nilai-nilai yang Tuhan berikan pada kita (perubahan pola pikir –
Rm 12:2, Flp 4:8)
Contoh: kita berharga (Yes 43:4), dasyat dan ajaib (Mzm 139:14), elok (Mzm 45:3),
segambar dengan Allah (Kej 1:25-26), biji mata Tuhan (Ul 32:10)
Tanda-tanda seseorang yang citra dirinya telah pulih:
a. Optimis
b. Percaya diri
c. Sabar
d. Mau menerima perhatian orang lain
e. Tenang
f. Mengerti panggilan Tuhan dalam dirinya
g. Rendah hati
h. Tidak takut menghadapi kegagalan
i. Melangkah dengan iman
Bagaimana dengan anda? Masih memiliki masalah dan butuh bimbingan lanjutan?
Jangan sungkan untuk menghubungi kami, Tuhan Yesus memberkati.
Kamis, 13 Agustus 2009
DASAR PEMBAPAAN
DASAR PEMBAPAAN
(1 KOR 4:14-16)
1. 3 CIRI UTAMA Injil Yesus Kristus merupakan dasar pembapaan; kebenaran, anugerah dan sukacita
2. Hubungan kasih tanpa syarat, mengembangkan diri orang lain.
3. Teladan kehidupan, keterbukaan, keyakinan atau confidence.
4. Kepercayaan (dua arah)
4 hal ini secara otomatis hasilkan otoritas
Mentoring menunjukkan focus pada proses pembelajaran dari prinsip dan nilai
Proses transfer/pemindahan kehidupan terjadi melalui:
- Pembapaan
- Pemuridan
- Mentoring
Tanda seorang Bapa rohani:
1. Fleksiberl (tidak takut pada kesalahan yang dibuat anak)
2. dapat diandalkan (be there)
3. Dapat dipercayai
4. Mengasihi tanpa syarat
5. Lemah lembut (kuasa yang dapat diandalkan/grace under pressure)
6. Rendah hati (tidak mau memaksakan kehendak sendiri)
Mata kuliah “Pikul salib/ pikul kuk” setiap hari menghasilkan kita menjadi seorang yang lemah lembut dan rendah hati.
Rabu, 12 Agustus 2009
Kesembuhan bathin
KESEMBUHAN BATHIN
Apa yang dimaksud dengan kesembuhan bathin?
Seorang manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh (1 Tes 5:23).
Bagaimana jiwa manusia bisa sakit atau terluka? Saat seseorang mengalami kejadian
yang menyakitkan maka emosinya akan terluka. Emosi merupakan bagian dari jiwa,
kalau emosi seseorang terluka maka jiwanya pun terluka.
Luka-luka di masa lampau mempengaruhi reaksi-reaksi emosi seseorang terhadap situasi
tertentu. Orang percaya yang terluka di masa lampau dan belum sepenuhnya
disembuhkan akan mengalami kesulitan menaati Allah sepenuhnya.
Salah satu penghalang untuk kasih dan kuasa Allah kita alami secara pribadi adalah
akibat jiwa yang masih terluka.
Tanda-tanda jiwa yang terluka/kepahitan
- Tidak perduli pada orang lain.
- Perasa, terlalu sensitif, cepat berasumsi (mudah marah, tersinggung)
- Kurang dapat bergaul disebabkan minder, takut, malu, dll (Ams 18:1-2)
- Penuh perasaan curiga.
- Tidak tahu berterimakasih (2 Tim 3:2-4)
- Senang mengkritik orang lain, bergossip, membicarakan kekurangan orang,
menghakimi orang lain (2 Tim 2:16, 1 Tim 6:20, Ef 5:4, Rm 2:1)
- Sulit mengampuni orang lain (Mat 6:12, 14:15, 5:23-24)
- Keras kepala, tegar tengkuk, tidak mau memnundukkan diri dan acuh tak acuh
(Yud 16)
- Jiwanya labil (keputusannya berubah-ubah) jika menghadapi masalah.
- Senang bergaul dengan orang yang senasib dan mengasihani diri sendiri (1 Kor
15:33)
- Mudah frustasi, stress, putus asa dan berpikir untuk bunuh diri (Ayb 10:1-2, 3:3-
5)
- Tidak pernah puas terhadap dirinya(perfeksionis) (Yoh 4:13-15)
- Sombong, merasa tidak butuh orang lain
- Suka berdusta, perkataannya tidak dapat dipercayai.
- Hidup dalam kemunafikan, ingin selalu nampak sempurna.
Kasus-kasus yang dapat mengakibatkan kita terluka:
Ditolak orangtua (Mzm 27:10, Yes 49:15-16)
- Orangtua belum siap menjadi ayah atau ibu (upaya melakukan aborsi)
- Lahir tidak sesuai jenis kelamin yang diharapkan.
- Kehamilan di luar pernikahan.
- Suami berselingkuh saat istri tengah hamil, mengakibatkan bayi tersebut
dikandung turut merasakan ibunya yang sakit hati)
- Bayi lahir saat ekonomi keluarga belum mapan.
Kurang kasih sayang
- Anak yatim piatu. Dimana sang anak harus tinggal di Panti Asuhan atau
berpindah-pindah dari satu keluarga ke keluarga yang lain.
- Orangtua yang menerapkan disiplin militer secara keras, kasar, kejam pada anakanaknya.
- Kurang memperhatikan anak akibat terlalu sibuk bekerja, mengejar karier dstnya.
- Pilih kasih (kasih yang tidak merata)
- Keluarga yang tidak harmonis atau broken home.
Dilukai orangtua
- Orangtua berjanji namun tidak menepati.
- Orangtua tidak bertanggungjawab terhadap keluarga (orangtua terlibat judi,
pemabuk, perzinahan, wil/pil, pengangguran dan anak yang disuruh
bekerja,dstnya)
- Orangtua yang otoriter (kekerasan dalam rumahtangga)
Terlalu dimanja
- Anak yang keinginannya selalu dituruti.
- Tidak pernah ditegur atau didisiplin (anak menjadi egois)
Pelecehan, kekerasan seks atau korban pemerkosaan
- Dilakukan oleh orangtua, anggota keluarga,dstnya
- Dilakukan oleh orang lain, teman dekat atau kekasih
Pengkhianatan
- Kekasih tidak setia
- Orangtua berselingkuh
- Pasangan hidup berselingkuh
Kekerasan Dalam rumah tangga
- secara fisik
- secara verbal
Langkah-langkah menerima kesembuhan bathin:
1. Jadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu (Rm 5:5), hingga kita
dapat mengalami kasih Kristus yang memulihkan itu.
2. Ingat kembali kejadian-kejadian apa yang melukai dirimu dimasa lalu. Jika tidak
ingat berdoa agar Roh Kudus menunjukkan kembali peritiwa tersebut.
3. Serahkan setiap peristiwa yang melukai dirimu itu pada Tuhan Yesus. Sebab Ia
perduli, Ia mau merawat dan menyembuhkan lukamu. Bila akibat terluka lalu kita
juga melakukan tindakan dosa, akui juga dosa tersebut pada Tuhan Yesus sebab
akan mengampuni dan menguduskan kita. (1 Yoh 1:9). Keterbukaan kita
merupakan awal pemulihan diri kita (Ams 28:13, Mzm 32:5)
4. Ampuni orang yang telah melukai dirimu sebagaimana Tuhan telah mengampuni
diri kita.
Bila anda butuh teman berbagi dalam hal ini atau dukungan doa dan nasehat lebih lanjut,
jangan ragu untuk menghubungi kami. Tuhan memberkati.
Rabu, 05 Agustus 2009
DIRIMU ADALAH GEREJA
DIRIMU ADALAH GEREJA
Banyak orang Kristen hidup seolah orang yang memiliki kepribadian ganda. Mengapa? Sebab di dalam gereja (tempat ibadah) nampak suci namun setelah keluar dari tempat ibadah dan kembali ke keluarga atau masyarakat, hidupnya berbeda lagi.
Pertama-tama, kita perlu menyadari bahwa setelah kita menyerahkan diri padaNya, dan mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, lebih lagi sebagai Raja di atas segala raja. Kita diangkat sebagai keluarga (anak Tuhan) sekaligus warga Kerajaan Tuhan (dimana kita harus tunduk pada nilai, hukum dan cara hidupNya sebagai hambaNya) dan kita diberi Amanat Agung untuk melakukan tujuan hidup kita di muka bumi di dalam rangka memperlebar Kerajaan Bapa dengan memuridkan bangsa-bangsa.
Ingatlah selalu setelah ditebus, tubuh kita telah disucikan oleh darahNya dan Ia bertahta atas hidup kita (1 Kor 6:19-20, 2 Kor 6:16b-7:1)
Kedua, pikul salib setiap hari (Luk 9:23) dan perbaharui pola pikir kita (Rm 12:1-2, 2 Kor 10:5, 1 Yoh 2:6,15-16)
Ketiga, selalu penuh dan dipimpin Roh Kudus untuk mencapai destiny Tuhan (Kis 1:8, Ef 5:18)
Kita harus memiliki integritas dalam hidup kita. Dimanapun hidup kita/ kita berada, kualitas kita tidak berubah.
Takut akan Tuhan harus:
1. Dimulai di rumah dan kualitas rohanimu teruji di rumah (1 Tim 3:2-5,12)
2. Memiliki kualitas di tempat kerja dan masyarakat (1 Tim 3:7, Kis 6:3, 9:36-39)
3. Menjadi berkat dalam komunitas Kristen/gereja (Kis 2:42-47)
Anda bisa melayani “di gereja” namun hidup keluargamu berantakan, tetapi keluarga atau pribadi yang takut akan Tuhan dan “mempraktekkan hidup Kristus” pasti bukan hanya melayani keluarganya namun juga masyarakat dan saudara seimannya/gereja.
Label:
gereja,
pengajaran dasar,
pertumbuhan rohani
Senin, 03 Agustus 2009
Touching the living Christ
Touching the Living Christ
by Chip Brogden
“And the whole multitude sought to touch Him, for power went out from Him and healed them all” (Luke 6:19).
“And now, little children, abide in Him” (I John 2:28a).
How do we touch the living Christ? The answer to this question depends entirely upon our relationship to Jesus. If we are part of the multitude then we must try and touch Him; but if we are one of His little children then we may simply abide in Him.
The difference, dear friends, is the difference between a religion and a relationship. The multitudes do not have a relationship with Jesus, and so they must travel to where He is and work their way into His presence in hopes of touching Him.
This is the way many church services operate. We go here and there hoping to touch something of the power of God, or the presence of God. Many times we do in fact touch something or receive something from the Lord - not because of the meeting, but in spite of the meeting. Even so, that touch does not last for very long. It is a touch, it is not the Living Christ. Soon we begin checking the calendar for the next meeting, gathering, conference, or church service so we can go back and get another touch. This represents something lacking in our walk.
I have been in many meetings where the worship leaders spent a great deal of time and energy trying to get people to “enter in” to worship or “enter in” to the presence of God. I used to lead worship this way and it can be very frustrating. Perhaps they enter in; perhaps they do not enter in. Either way, this struggle to “enter in” only proves one thing: neither the worship leaders nor the worshippers are abiding in Christ.
To abide in Him is to remain in Him. If we remain in Him we do not have to enter in to Him over and over again. That would be like trying to get into a room in which I am already sitting. Once we are in the room, and we are seated, we do not have to try and enter in.
“He who overcomes, I will make him a pillar in the temple of My God, and he shall go out no more” (Revelation 3:12a). Overcomers do not go to church to enter in to God; they do not require worship leaders to get them in the mood; they do not follow the multitudes around hoping to get a touch from the Lord. Overcomers are pillars in the Church that Jesus is building. They are permanent fixtures in the temple and they do not go out and in. They simply abide in Him.
I had the privilege last week of eating lunch with two pillars. The younger brother was from Australia, and the older brother was from England. When I say “older brother” I mean this gentleman was ninety-four years old. Before we began eating we asked the English brother to pray. Right there in the restaurant he cried out, “Heavenly Father!” He said it so slowly and deliberately and loudly that I thought his prayer would probably last thirty minutes or more. After a pause, he quietly said, “Thank you.” And we began to eat.
May I say that this brother spent no time entering in, because he was already abiding. With two or three words he brought us before the throne of God, and the very presence of Jesus was immediately manifest. This is what it means to touch the living Christ - immediately, effortlessly.
How do we abide in Christ? “As you have therefore received Christ Jesus the Lord, so walk in Him” (Colossians 2:6). Receiving Christ Jesus the Lord is the Gate, while walking in Him is the Path. The first happens in a moment, while the second is a daily process. How did we receive Christ Jesus the Lord? We came to Him with all our sins, and weaknesses, and needs, and we cast ourselves upon Him. We trusted in His Life, and His Love, and His Grace, and His Mercy to save us. And so He did.
What is the next step? It is this: to walk in Him as you received Him. “As you have received… so walk.” We are not saved by Grace and then left to live the Christian life in our own strength. Instead, we walk in Him the same way we received Him - by Grace, through Faith, and that not of ourselves. From start to finish it is the Gift of God.
I need Him as much today as I ever have. How about you? Apart from Him I can do nothing. Is this your experience also, or do you still think there are many things you can do without Him? I am still in need of His Life, and Love, and Grace, and Mercy in order to live. Are you that much different from me? I think not. We all approach Him the same way.
This understanding will naturally cause us to humble ourselves as little children. I do not know, I cannot say. I only know what Daddy says and I only see what Daddy does, and this is all I know. How do I know these things? When I pray, when I read the Scriptures, when I spend time with my brothers and sisters, when I just live life and keep my eyes open and my mouth closed, then I begin to experience intimacy with God, and that is when I begin to touch the living Christ - even though I know that these activities by themselves are not Christ. They can lead me to Him, and they can help me to abide in Him. Yet the goal is not the activity, but the intimacy.
To touch the living Christ we must first believe that He is, in fact, the living Christ. He is not dead. He is not a historical figure from two thousand years ago. He is not a mystical presence dwelling somewhere in the far reaches of the universe. He is not a system of theology or a doctrinal statement. He is not something I enter in to when I go to religious meetings, and something I leave when I go home. He is the Living Lord Who lives in me now, Who lives through me now, Who is with me everywhere I go.
This is not a complicated thing to understand, but our head tends to get in the way of our heart. The exhortation to abide is for little children, not grown-ups. Little children! There is a simplicity in Christ that the multitudes cannot comprehend. We cannot wrap our brains around it, we must immerse our hearts into it.
Langganan:
Postingan (Atom)